MAKALAH
Pecobaan
Franck-Hertz dan Spektrum Hydrogen
Makalah
ini disusun
untuk
mememenuhi tugas-tugas
Mata
Kuliah Kuantum
1. Clara Sinta Saragih
2.
Rita Deby
3.
Sehati Winarsih
4.
Wahyu azhar ritonga
Mata Kuliah :
Fisika Kuantum
Fak/Jur/Prodi :
FMipa/Fisika
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Niels Bohr memperkenalkan model atom pada tahun 1913.
Menurut model Bohr, sebuah atom terpencil dari inti atom positif dimana
electron didistribusikan di sekitar lintasan yang berturut-turut. Dia juga
menyatakan bahwa lintasan electron memiliki sudut momentum yang merupakan
integral lipatan dari h/2π dimana h adalah konstanta Planck.
Model Bohr juga mampu memprediksi energy total dari
sebuah electron atom. Meskipun tidak perlu berusaha untuk memperoleh pernyataan
yang sama selama electron berada dalam multielektron atom, itu jelas bahwa
menurut model model energy total dari masing-masing electron juga akan diukur
dan, akibatnya hal yang sama haruslah benar pada daya muat energy total dari
sebuah atom. Ini terlihat masuk akal dari model Bohr yang hanya dikenalkan
electron-elektron bias melakukan peralihan menurun dari keadaan energy yang
lebih tinggi ke yang lebih rendah, mereka bias mengeksitasi ke keadaan energy
yang lebih tinggi dengan penyerapan justru besarnya energy menunjukkan
perbedaan antara keadaan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.
James Franck dan Gustav Hertz menunjukkan bahwa hal ini
tentu saja merupakan kasus dalam percobaan yang berderet pada tahun 1913, tahun
yang sama di saat Bohr mengajukan modelnya. Franck dan Hertz menggunakan sebuah
berkas cahaya yang mempercepat electron untuk mengukur energy yang ada di
electron pada keadaan dasar dari gas merkuri ke keadaan tereksitasi pertama.
1.2 Tujuan
1. untuk mengetahui pecobaan Franck-Hertz
2. untuk mngetahui deret spectrum hydrogen
3. untuk mengetahui diagram tingkat enegi
hydrogen
4. untuk mengetahi energy ionisasi dari atom
hydrogen
5. untuk mengetahui spectrum uap dari
hydrogen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Percobaan Franck-Hertz
Pada tahun 1914, J.Franck dan G.Hertz
melaporkan sebuah percobaan luwes yang tak biasa yang membuktikan bahwa energi
mekanik, seperti energi elektromagnetik, diserap oleh atom-atom dalam kuantitas
yang berlainan. Karena begitu sederhana dan meyakinkan, maka percobaan ini
berhak mendapatkan sedikit pertimbangan yang terperinci.
Peralatan yang dipergunakan
oleh Franck dan Hertz terdiri dari sebuah kabel pemanas listrik yang
ditempatkan sejajar dengan sumbu pada jaringan silinder, yang mana dikelilingi
oleh sebuah pengumpul. Alat tersebut ditempatkan dalam pagar yang berisi dengan
uap air merkuri. Suatu tegangan yang dipercepat berada diantara pemanas dan
jaringan, sedangkan suatu tegangan yang diperlambat berada diantara jaringan
dan pengumpul.
Dari bermacam pengumpul arus dengan tegangan
yang diperlambat, energi elektron yang telah melewati uap air merkuri dapat
ditentukan. Itu menandakan bahwa elektron yang energi totalnya lebih kecil dari
4,9 ev tidak dapat dideteksi setelan tubrukan dengan atom merkuri. Banyak
tubrukan antara energi terendah elektron dan atom dari uap air seharusnya
mengalami lenting sempurna, yang tidak memberikan energi terhadap atom
terkecuali untuk lompatan yang dapat diabaikan. Namun, ketika percepatan
potensial meningkat di atas 4,9 volt, tubrukan tanpa lentingan terjadi dekat
jaringan, yang berarti elektron menyerahkan seluruh energi kinetik mereka
kepada atom merkuri. Setelah kehilagngan energi mereka pada tubrukan tanpa
lentingan, electron tidak mampu melewati ruang yang dipersempit, dan pengumpul
arus bernilai minimum.
Sebuah peningkatan yang jauh pada tegangan
yang dipecepat menggerakkan area dimana elektron mencapai energi kritis sebesar
4,9 ev mendekat ke pusat kabel. Setelah mencapai energi kritis dan kehilangan
energi kinetic saat tubrukan, elektron dapat mengambil energi baru sekarang
sambil menuju ke jaringan, jadi pengumpul arus meningkat lagi. Sebuah arus
minimum kedua yang dihasilkan dengan adanya percepatan potensial kira-kira 10
volt, seharusnya berada pada area kedua dari tubrukan tanpa lentingan di
sekitar jaringan. Dari hasil percobaan ditunjukkan bahwa atom merkuri menyerap
energi mekanik sebanyak 4,9 ev.
Pertanyaan yang segera muncul adalah apakah
atom akan kembali meradiasi kuantitas dari energi yang sama. Frekuensi dari
radiasi yang dipancarkan akan menjadi 1,18 x 1015 sec-1,
yang mana dapat disesuaikan terhadap cahaya ultraviolet yang memiliki panjang
gelombang sebesar 2530 Å. Franck dan Hertz mengulang percobaan
mereka pada seperempat wadah, menembus radiasi ultraviolet, dan menggambarkan
pemancaran spektrum dari uap air merkuri. Sebuah garis tajam tampak pada 2536
Å, sesuai dengan nilai perhitungan dalam limit error.
Suatu perubahan energi kuantum alami diakui,
fisikawan teoritis dihadapkan dengan tugas yang menyarankan suatu mekanisme
dari banyaknya penyerapan dan pengeluaran yang sesuai dengan keterangan
spektroskopis. Tentu saja mekanisme ini sangat bergantung pada sebuah model
atom yang memuaskan. Informasi yang paling penting dari struktur atom ditemukan
oleh Rutherford pada tahun 1911. Dalam sebuah kertas lama, Rutherford menganalisis
hasil percobaan dari Geiger dan Marsden dengan sejumlah kecil partikel alpa
dari kertas logam tipis. Percobaan ini menunjukkan bahwa sedikit peristiwa dari
partikel alpa (dalam hal ini 20.000) didefleksikan pada sudut
rata-rata bernilai 90o melewati sebuah kertas emas tipis
(4 x 10-5 cm). Rutherford menganggap bahwa lebar defleksi
dihasilkan dalam suatu pertemuan tunggal dari sebuah partikel alpa dengan atom,
dikarenakan perhitungan sebelumnya mendasar pada perkalian sejumlah kecil
partikel alpa yang tidak memberikan hasil yang memuaskan. Dia menunjukkan bahwa
hasil percobaan dapat dijelaskan jika atom dianggap terdiri dari harga positif
yang kuat atau negatif dari pusat, memfokuskan jarak yang kurang dari 3 x 10-12 cm
dan dikelilingi oleh sebuah bidang elektrifikasi yang harganya berlawanan
memperpanjang seluruh sisa dari atom, sebagai contoh, untuk jarak yang
kira-kira sepanjang 10-8cm. Kemudian sejumlah kecil partikel alpa
dapat dianggap pokok harga dari pusat atau inti, yang akan menyebabkan partikel
alpa menggambarkan garis edar hiperbola dengan pusat dari atom sebagai satuan
fokus.
Geiger
dan Marsden dapat menghitung dari data mereka bahwa harga inti atom
diperkirakan setengah dari berat atom tersebut. Ini sangat menarik untuk dicatat
bahwa sebuah inti atom telah siap dipertimbangkan secara matematik oleh Nagaoka
pada tahub 1904, tetapi itu merupakan analisis Rutherford yang menetapkan
konsep ini sebagai fakta dari percobaan yang telah dilakukan. Masalah segera
muncul, biarpun, memperhatikan stabilitas dari suatu system.
Pada tahun 1913, Niels Bohr dapat
memecahkan pertanyaan stabilitas dari atom Rutherford. Bohr merumuskan sebuah
teori struktur atom baru secara lengkap, berdasarkan dalil-dalil yang pada
dasarnya menyimpang dari pola fisika klasik. Bohr bekerja di konstitusi yang
merupakan salah satu perusahaan yang paling cemerlang di fisika modern dan
merupakan dasar dalam perkembangan teori kuantum.
Dalam
dalil pertamanya, Bohr menganggap adanya keadaan yang tak seimbang pada atom,
dengan elektron-elektron yang bergerak di sekitar inti positif pada lintasan
yang mana dapat dihitung dari teori klasik. Dalam hal yang sederhana, atom
hidrogen, sebuah elektron tunggal dianggap menggambarkan suatu lingkaran, atau
elips dengan inti pada satuan fokus. Energi total atom pada keadaan tetap
berlawanan dengan perubahan klasik elektron yang tidak diradiasi.
Teori Planck dalam radiasi benda hitam juga
memprediksikan bahwa dalam proses emisi dan absorpsi dari radiasi, atom yang
ada di dinding berlubang bertindak dahulu karena mereka mengukur keadaan
energi. Oleh sebab itu, menurut teori kuantum lama, setiap atom hanya mampu
memisahkan keadaan energi yang berlainan.
Pengesahan
langsung bahwa keadaan energi dalam atom yang diukur berasal dari sebuah
percobaan sederhana yang dilakukan oleh Franck dan Hertz pada tahun 1914.
Elektron dipancarkan dengan panas pada energi rendah dari pemanas katoda C.
Mereka dibawa ke anoda A oleh sebuah beda potensial V yang diterapkan diantara
dua elektroda. Beberapa elektron melewati lubang di A dan melintasi pelat P,
asal saja energi kinetik mereka meninggalkan A sudah cukup mengatasi
perlambatan beda potensial V yang kecil, berada diantara P dan A. Seluruh
tabung diisikan pada tekanan rendah dengan sebuah gas atau uap air dari atom
yang diteliti. Percobaan melibatkan kadar arus elektron yang mencapai P
(ditunjukkan oleh arus I yang mengalir pada alat ukur) sebagai sebuah fungsi
dari percepatan tegangan V.
Percobaan
pertama dilakukan dengan tabung yang berisikan uap air Hg. Pada percepatan
tegangan yang rendah, arus I dijalankan agar meningkat dengan peningkatan
tegangan V. Ketika V mencapai 4,9 V, arus jatuh secara tiba-tiba atau curam
atau terjal. Ini ditafsirkan sebagai petunjuk bahwa beberapa interaksi antara
elektron dan atom Hg dengan tiba-tiba mulai mencapai 4,9 eV pada energi kinetik
elektronnya. Ternyata sebuah pecahan yang penting dari elektron membangkitkan
energi atom Hg ini dan juga kehilangan seluruh energi kinetik mereka. Jika V hanya
sedikit dari banyaknya energi kinetik sebesar 4,9 V, proses eksitasi
pasti hanya terjadi di depan ANODA a, dan setelah proses elektron tidak dapat
mencapai energi kinetik yang cukup jatuh ke arah A untuk mengatasi perlambatan
tegangan VP dan mencapai pelat P. Pada besaran V, elektron
dapat mencapai energi kinetik yang cukup setelah proses eksitasi mengatasi VP dan
mencapai P. Ketajaman dari perubahan kurva menunjukkan bahwa energi elektron
kurang dari 4,9 eV tidak dapat memindahkan energi mereka ke sebuah atom Hg.
Tafsiran ini sesuai dengan adanya keadaan energi yang berlainan terhadap atom
Hg. Anggapan pertama yang membangkitkan keadaan Hg menjadi 4,9 eV lebih tinggi
pada energi dibandingkan keadaan yang mula-mula, sebuah atom Hg yang sederhana
tidak bisa menerima energi dari serangan elektron kecuali kalau elektron ini
setidak-tidaknya mencapai 4,9 eV.
Sekarang,
jika pemisahan antara keadaan mula-mula dan keadaan pertama yang membangkitkan
secara tepat 4,9 eV, seharusnya ada sebuah garis pada spektrum emisi Hg yang
sesuai dengan hilangnya nilai atom sebesar 4,9 eV melalui peralihan dari
keadaan pertama yang membangkitkan ke keadaan mula-mula. Franck dan Hertz
menemukan bahwa ketika energi dari serangan elektron kurang dari 4,9 eV tidak
ada garis nyata yang dipancarkan dari uap air Hg dalam tabung, dan ketika
energi tidak lebih sedikit dari jumlah volt elektron yang lebih tinggi maka
nilai ini hanya sebuah garis tunggal dilihat dari spektrum. Garis ini memiliki
panjang gelombang 2536 Å, yang mana sangatlah tepat dan sesuai dengan energi
foton sebesar 4,9 eV.
Percobaan
Franck-Hertz memberikan bukti yang menyolok bagi banyaknya jumlah energi dari
atom. Itu juga menetapkan sebuah cara untuk pengukuran langsung perbedaan
energi antara keadaan kuantum suatu atom – jawaban tampak pada voltmeter!
Ketika kurva I vs V dipanjangkan ke tegangan yang lebih tinggi, penambahan
perubahan ditemukan. Beberapa elektron mengeksitasi keadaan tereksitasi atom
pada banyaknya peristiwa pemisahan sepanjang perjalanan merka dari C menuju ke
A; tetapi beberapa eksitasi yang seharusnya lebih tinggi mengeksitasi keadaan,
dan dari posisi kisi, perbedaan energy diantara keadaan tereksitasi yang lebih
tinggi ke keadaan dasar dapat diukur secara langsung.
Metode
eksperimen yang lain menetapkan pemisahan antara keadaan energy dari sebuah
atom adalah untuk mengukur spectrum atomnya dan kemudian secara empiris untuk
membangun suatu kumpulan dari keadaan energy yang mana menggiring spectrum.
Dalam praktiknya, ini sering menyulitkan untuk dilakukan karena kumpulan garis
terdapat pada spectrum, sama halnya dengan kumpulan dari keadaan energy yang
sering sangat rumit; biarpun, pada umumnya dengan semua teknik spektrokopis,
itu merupakan metode yang sangat akurat. Dalam semua hal yang mana penetapan
pemisahan diantara keadaan energy atom dibuat pasti, menggunakan kedua teknik
ini dan teknik Franck-Hertz, hasil yang ditemukan menjadi persetujuan yang
unggul.
Pemisahan
antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi pertama dan kedua diketahui, dari
percobaan Franck-Hertz, ialah 4,9 eV dan 6,7 eV. Bilangan ini dapat disahkan,
dan dalam fakta yang ditetapkan dengan ketelitian yang tinggi, oleh pengukuran
panjang gelombang dari dua garis spectral yang sesuai untuk peralihan sebuah
electron dalam atom Hg dari dua keadaan ini ke keadaan dasar. Energy ɛ =
-10,4 eV, dari keadaan dasar yang relative ke keadaan nol suatu energy total,
tidak ditentukan oleh percobaan Franck-Hertz. Biarpun itu dapat ditemukan oleh
pengukuran panjang gelombang dari garis yang sesuai untuk peralihan sebuah atom
electron dari keadaan nol suatu energy total ke keadaan dasar. Ini
adalah rentetan limit dari rangkaian yang berakhir pada keadaan dasar.
Energy ɛ juga dapat diukur oleh pengukuran energy yang harus
disediakan sebuah atom Hg supaya mengirim satu elektronnya dari
keadaan dasar ke keadaan nol suatu energy total. Dikarenakan electron dari nol
energy total tidak sampai melewati batas atom, ɛ merupakan
energy yang hendak mengionisasikan atom dan oleh karena itu, ɛ disebut
energy ionisasi.
Gejala ionisai ditandai oleh meningkatnya
kuat arus anoda secara drastik. Elektron ini tidak akan mampu lagi mencapai
anoda jika tenaga sisanya kurang dari tenaga penghalang, sehingga terjadi
pemerosotan arus anoda. Bila tegangan kisi dinaikkan lagi lebih lanjut, maka
arus anoda akan naik lagi, tetapi kemudian merosot lagi bila tegangan kisi sama
dengan kelipatan bulat tegangan eksitasi (Ve).
Energi eksitasi atom merupakan perkalian
antara tegangan eksitasi atom (Ve) dengan muatan elektron (e).
Eeks = e
Ve
Energi ini digunakan untuk memancarkan foton
yang memiliki panjang gelombang λ, yang terkait dengan persamaan energi foton,
sehingga
Eksperimen ini kemudian menjadi bukti dari
teori model atom Bohr yang menerangkan bahwa electron harus memiliki energy
minimum tertentu untuk dapat melakukan tumbukan inelastic dengan atom dan
energy minimum tersebut dapat diartikan sebagai energy dari sebuah keadaan
eksitasi pada atom.
2.2
Spektrum
Emisi Hidrogen
Atom yang mempunyai elektron dalam keadaan tereksitasi
akan kembali dengan cepat ke keadaan dasar dengan memancarkan sebuah foton
dengan energi yang tepat sama dengan energi yang dikeluarkan atom. Keadaan
tereksitasi bukanlah keadaan stabil. Misalkan atom H seperti pada gambar.
Elektron akan kehilangan energi ketika berpindah ke orbit yang lebih rendah.
Gambar : Spektrum Emisi Hidrogen
Atom kehilangan energi hanya dengan satu cara, yaitu
dengan mengeluarkan foton. Dengan contoh seperti pada gambar, jika elektron H
jatuh ke keadaan n=2 maka energy yang dipancarkan foton :
Setiap elektron jatuh ke
, maka
akan jatuh lagi ke
.
Energi yang hilang untuk tiap-tiap kasus tersebut akan berbeda, sehingga dengan
demikian atom H yang tereksitasi akan memancarkan berbagai λ cahaya. Jauh
sebelum Einstein menemukan foton, para ahli telah menemukan mengukur 𝜆c yang dipancarkan oleh atom H.
2.3
Deret
Spektrum Hidrogen
Untuk mempelajari cahaya yang dipancarkan oleh atom H
tereksitasi, kita dapat menggunakan spektrometer prisma atau spektrometer
kisi difraksi. Spektrometer prisma dengan pancaran cahaya tampak dan di
dekat UV nampak pada gambar.
Gambar
:
Deret Spektrum Hidrogen
Panjang gelombang semua deret garis-garis spektrum H
dapat disimpulkan dalam satu rumus umum. Deret garis spektrum yang nampak pada
gambar ditunjukkan oleh Balmer dengan rumus sederhana:
Misalkan
maka
.
Nampak pada gambar harga λ tersebut
merupakan λ terpanjang dalam deret Balmer. Untuk
, maka
. Garis
berikutnya pada deret dan λ terpendek sebesar 365 nm diperoleh pada
Dengan perkembangan teknologi, telah ditemukan juga deret
Lyman dan Paschen, dimana:
Untuk Deret Lyman
Untuk Deret Paschen
Gambar : Deret Lyman, Balmer dan Paschen
Kesimpulan:
1. Atom
H hanya ada pada keadaan (state) tertentu.
2. Masing-Masing
keadaan menyatakan energi yang yang tertentu pula, yang ditunjukkan dengan diagram tingkat energi.
3. Jika
elektron berada jauh dari atom dan tidk mempunyai energi kinetik (yaitu atom
terionisasi) energi pada keadaan ini didefinisikan nol.
4. Keadaan
dasar atom mempunyai energi terendah. Atom tak tereksitasi berada pada keadaan
ini.
5. Ketika
elektron jatuh dari satu tingkatan ke tingkatan yang lebih rendah, maka atom
akan berubah dari satu keadaan ke keadaan lain. Foton yang diemisikan mempunyai
energi yang sama dengan beda energi antara kedua keadaan tersebut.
6. Energi foton berhubungan dengan λ garis spektrum yang diemisikan yaitu:
2.4. Spektrum uap Hidrogen
Pengamatan
spektroskopis menunjukkan bahwa spektrum gas Hidrogen terdiri atas deretan
garis-garis. Deretan garis ini diberi nama menurut orang yang menemukannya
Secara
Empirik, Balmer menemukan rumus yang cocok dengan panjang gelombang deretan
Balmer.
.
n=3,4,5,…
dst.
Rumus ini oleh Rydberg diperbaiki menjadi
R
adalah tetapan Rydberg = 1,097.10-3 Ao
n=3,4,5,…
dst
Rumus ini sesuai pula untuk deret Lyman dan
Paschen
Untuk deret Lyman
diganti dengan
dan
n=2,3,4,…dst.
Untuk deret Paschen
diganti dengan
dan n=
4,5,6,…dst.
2.5.Spektrum gas Hidrogen menurut Bohr
Bila
elektron meloncat dari lintasan yang energinya tinggi (B) ke lintasan yang
energinya rendah, dipancarkan energi sebesar h.f
h.f
= EB-EA
adalah bilangan
tetap.
Rumus diatas mirip dengan rumus Balmer
Dengan ketentuan bahwa:
Deret
Lyman (Ultra Ungu) nA = 1 nB = 2, 3, 4 ….
Deret Balmer
(Cahaya tampak) nA
= 2 nB = 3, 4, 5,
….
Deret
Paschen (Inframerah I) nA
= 3 nB = 4, 5, 6,
….
Deret
Brackett (Inframerah II) nA
= 4 nB = 5, 6, 7,
….
Deret Pfund (Inframerah III) nA = 5 nB = 6, 7, 8, ….
2.5.1. Energi Ionisasi
Untuk membangkitkan elektron dari Kwantum na
ke kwantum nb diserap energi sebesar:
E= EB-EA
=
=
Dengan
mensubstitusikan nilai m,e,k,h maka diperoleh
Bila elektron terbangkit sampai kwantum, maka
elektron itu lepas dari lingkungan atom dan atom tersebut menjadi ion (+).
Energi yang diserap untuk meng-ion-kan atom
disebut Energi Ionisasi.
Besar
Energi Ionisasi atom Hidrogen:
untuk
n=1 besar E = 13,6 eV
Jadi
bagi atom H dapat ditulis
H
+ 13,6 eV H+ + e-
Sebaliknya
jika ion Hidrogen mengikat sebuah elektron akan dipancarkan energi sebesar:
Besar
Frekwensi foton yang dipancarkan
untuk
n=2 diperoleh frekwensi yang sesuai dengan salah satu deret balmer.
Bohr
dan Stoner menyusun model atom-atom lainnya berdasarkan model atom Hidrogen.
Lintasan elektron dengan bilangan kwantum n=1,2,3,…dst. Disebut kulit
(K,L,M,N,…)
Tiap
kulit elektron hanya dapat diisi paling banyak oleh 2n2
elektron-elektron, n adalah bilangan kwantum utama.
Model Bohr adalah sebuah model primitif mengenai
atom hidrogen. Sebagai sebuah teori, model Bohr dapat dianggap sebagai sebuah
pendekatan orde pertama dari atom hidrogen menggunakan mekanika kuantum yang lebih umum dan akurat, dan dengan demikian dapat
dianggap sebagai model yang telah usang. Namun demikian, karena
kesederhanaannya, dan hasil yang tepat untuk sebuah sistem tertentu, model Bohr
tetap diajarkan sebagai pengenalan pada mekanika kuantum.
Keterangan
Gambar 2.
Model Bohr untuk atom hydrogen
n Lintasan yang diizinkan untuk elektron dinomori n =
1, n = 2, n =3 dst. Bilangan ini dinamakan bilangan kuantum, huruf K, L, M, N
juga digunakan untuk menamakan lintasan
n Jari-jari orbit diungkapkan dengan 12, 22,
32, 42, …n2. Untuk orbit tertentu dengan
jari-jari minimum a0 = 0,53 Å
n
Jika elektron tertarik
ke inti dan dimiliki oleh orbit n, energi dipancarkan dan energi elektron
menjadi lebih rendah sebesar
Gambar
3. Tingkat-tingkat energi atom Hydrogen
2.5.2. Tingkatan energi elektron dalam atom hidrogen
Model Bohr hanya akurat untuk sistem
satu elektron seperti atom hidrogen atau helium yang
terionisasi satu kali. Penurunan rumusan tingkat-tingkat energi atom hidrogen
menggunakan model Bohr.
Penurunan rumus didasarkan pada tiga asumsi
sederhana:
1) Energi sebuah elektron dalam orbit adalah
penjumlahan energi kinetik dan energi potensialnya:
dengan k = 1 / (4πε0), dan qe adalah muatan
elektron.
2) Momentum sudut elektron hanya boleh memiliki harga
diskret tertentu:
3) Elektron berada dalam orbit diatur oleh gaya
coulomb. Ini berarti gaya coulomb sama dengan gaya
sentripetal:
Dengan mengalikan ke-2 sisi persamaan (3) dengan r didapatkan:
Suku di sisi kiri menyatakan energi
potensial, sehingga persamaan untuk energi menjadi:
Dengan menyelesaikan persamaan (2)
untuk r, didapatkan harga jari-jari yang diperkenankan:
Dengan memasukkan persamaan (6) ke
persamaan (4), maka diperoleh:
Dengan membagi kedua sisi persamaan
(7) dengan mev didapatkan
Dengan memasukkan harga v pada persamaan energi (persamaan (5)),
dan kemudian mensubstitusikan harga untuk k
dan
, maka energi pada
tingkatan orbit yang berbeda dari atom hidrogen dapat ditentukan sebagai
berikut:
Dengan memasukkan harga semua
konstanta, didapatkan,
Dengan demikian, tingkat energi
terendah untuk atom hidrogen (n = 1)
adalah -13.6 eV. Tingkat energi berikutnya (n = 2) adalah -3.4 eV. Tingkat energi ketiga (n = 3) adalah -1.51 eV, dan seterusnya. Harga-harga energi ini
adalah negatif, yang menyatakan bahwa elektron berada dalam keadaan terikat
dengan proton. Harga energi yang positif berhubungan dengan atom yang berada
dalam keadaan terionisasi yaitu ketika elektron tidak lagi terikat, tetapi
dalam keadaan tersebar.
Dengan teori kuantum, Bohr juga menemukan
rumus matematika yang dapat dipergunakan untuk menghitung panjang gelombang
dari semua garis yang muncul dalam spektrum atom hidrogen. Nilai hasil perhitungan
ternyata sangat cocok dengan yang diperoleh dari percobaan langsung. Namun
untuk unsur yang lebih rumit dari hidrogen, teori Bohr ini ternyata tidak cocok
dalam meramalkan panjang gelombang garis spektrum. Meskipun demikian, teori ini
diakui sebagai langkah maju dalam menjelaskan fenomena-fenomena fisika yang
terjadi dalam tingkatan atomik. Teori kuantum dari Planck diakui kebenarannya
karena dapat dipakai untuk menjelaskan berbagai fenomena fisika yang saat itu
tidak bisa diterangkan dengan teori klasik.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan




DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur.
1999. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga
Eisberg,
Robert. 1974. Quantum Physics of Atom,
Molecules, Solids, Nuclei, and Particles. Second
Edition. John Wiley & Sons : United States of America.
Pages
: 107-110
Krane, Kenneth.
1988. Fisika Modern. Jakarta : UI Press
Powell,
John L. 1961. Quantum Mechanics.
Addison-Wesley Publishing Company : United States
of America.
Pages
: 11-15
Diakses
Tanggal: 24/09/2013
Pukul : 18:45
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/196301091994022- BUDI_MULYANTI/Pertemuan_ke-15.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar